Belajar dari Kekalahan

Kupikir aku sudah mengalami semua dalam hidup. Ternyata, masih ada saja hal baru yang menghampiri.

Belajar dari Kekalahan
Photo by Zoltan Tasi / Unsplash

Sudah sebulan aku nggak menulis di sini. Bukan karena kehabisan ide, tapi karena terlalu asyik tenggelam di dunia baru: trading.

Awalnya cuma iseng, tertarik lihat PnL yang dibagikan seorang teman. Tapi makin ke sini, aku sadar ini bukan cuma soal untung-rugi. Ini soal disiplin, kesabaran, dan mengenali diri sendiri.

Kekalahan pertamaku datang cepat. Bahkan lebih cepat dari yang aku bayangkan. Waktu itu aku FOMO (fear of missing out), ikut-ikutan beli coin yang katanya “lagi hype” di grup. Tanpa riset, tanpa strategi. Cuma bermodal rasa takut ketinggalan kereta.

Hasilnya? Ya jelas nyangkut. Bukan cuma uang yang hilang, tapi juga rasa percaya diri.

Tapi di situlah titik baliknya. Aku mulai sadar, kekalahan itu bukan akhir—tapi cermin.

Dari situ, aku belajar tiga hal penting yang menurutku jauh lebih berharga dari sekadar cuan:

1. Emosi adalah musuh terbesar

Ternyata, yang paling sulit dikendalikan dalam trading bukan market, tapi diri sendiri. Rasa serakah, takut, panik—semuanya bisa menghancurkan keputusan yang tadinya logis. Aku mulai mencatat emosiku tiap kali entry dan exit. Dan ya, grafik bukan satu-satunya yang perlu dianalisis, tapi juga perasaan.

2. Tanpa strategi, semua jadi spekulasi

Dulu aku pikir strategi itu cuma buat profesional. Sekarang aku sadar, bahkan strategi sederhana jauh lebih baik daripada gak punya arah sama sekali. Aku mulai belajar backtest, bikin jurnal, dan pelan-pelan membentuk sistem yang cocok dengan gaya tradingku. Kekalahan mengajarkan satu hal: kalau kamu nggak tahu kenapa masuk posisi, kamu juga nggak bakal tahu kapan harus keluar.

3. Kekalahan bukan kegagalan, tapi proses belajar

Mindset ini yang paling susah aku terima di awal. Tapi makin sering aku baca pengalaman trader lain, makin aku paham: semua orang pernah kalah. Yang bikin beda adalah gimana kita meresponsnya. Apakah berhenti, atau justru memperbaiki diri?

Sekarang aku masih belajar. Masih banyak yang harus diasah.

Tapi satu hal yang pasti, kekalahan pertamaku adalah guru paling jujur. Nggak pakai basa-basi.

Dia menghantam keras, tapi membawa pesan: kalau mau jadi trader beneran, kamu harus siap belajar dari rasa sakit.

Dan menulis ini, adalah cara terbaikku untuk mengingat itu semua.

Subscribe to ESVDM

Don’t miss out on the latest issues. Sign up now to get access to the library of members-only issues.
jamie@example.com
Subscribe